Labels

Labels

Hasil Skor Indonesia XI vs Liverpool 20 Juli 2013 Tadi Malam

Hasil Skor Indonesia XI vs Liverpool 20 Juli 2013 Tadi Malam 0-2 Berita paling baru akan mengupas masalah Hasil Skor Akhir pertandingan Indonesia XI Vs Liverpool menang 2-0 Sabtu 20 Juli 2013.

Team Liverpool dengan Julukan The Reds membuka keunggulan di babak pertama, tepatnya di menit sembilan. Philippe Coutinho melakukan aksi individu mengecoh pertahanan Indonesia sebelum akhirnya memperdaya kiper Kurnia Meiga.Di babak kedua, The Reds langsung mendapat peluang pada menit 55. Iago Aspas berhasil melewati Kurnia Meiga dan tinggal menceploskan bola ke gawang. Namun, tembakan Aspas melambung dari gawang Indonesia XI.Menit 60, giliran Jack Robinson yang melepas tembakan spekulasi ke gawang Indonesia. Namun, usahanya mampu dipatahkan Kurnia Meiga.

Dari peluang tadi, Indonesia XI mulai berani menyerang Liverpool secara frontal. Kecepatan Titus Bonai beberapa kali membuat pertahanan The Reds kerepotan.Raheem Sterling yang masuk di babak kedua nyaris menambah keunggulan tim tamu pada menit 73. Akan tetapi, tembakannya dari dalam kotak penalti membentur mistar gawang. Sterling kembali mendapat kesempatan emas di menit 81. Namun, tendangannya ke tiang dekat mampu ditepis Kurnia Meiga.

Sterling akhirnya mencatatkan namanya di papan skor pada menit 87. Melalui skema serangan balik, umpan Assaidi berhasil diteruskan Sterling ke gawang Indonesia XI.

Hasil Skor Timnas Indonesia XI VS Liverpool 20 Juli 2013 Tadi Malam 2-0 dan kedudukan ini bertahan hingga laga usai.

Susunan Pemain Kedua TIM Yaitu

Indonesia XI: Kurnia Meiga; Ruben Sanadi, Victor Igbonefo, M Roby (Ferdinand Sinaga 71'), Hasim Kipuw (Yustinus Pae 77"); Raphael Maitimo, Ahmad Bustomi (Achmad Jufriyanto 83'); M Taufiq, Vendry Mofu (Rizky Pellu 64'), Titus Bonai; Sergio van Dijk (Boaz Salossa 55')

Liverpool: Simon Mignolet (Brad Jones 64'); Glen Johnson (Martin Kelly 64'), Kolo Toure (Martin Skrtel 64'), Daniel Agger (Wisdon 64'), Jose Enrique (Jack Robinson 46'); Lucas Leiva (Jordan Henderson 64'), Steven Gerrard (Joe Allen 46'); Stewart Downing (Ibe 64'), Philippe Coutinho (Raheem Sterling 64'), Luis Alberto (Assaidi 64'); Iago Aspas (Fabio Borini 64')

Mungkin hanya ini saja berita yang dapat kami sampakain semoga bermanfaat

NU MENETAPKAN AWAL BULAN PUASA RAMADHAN JATUH PADA TANGGAL RABU 10 JULI TAHUN 2013/1434 H

NU MENETAPKAN AWAL BULAN PUASA RAMADHAN JATUH PADA TANGGAL RABU 10 JULI TAHUN 2013/1434 H - Organisasi Islam Nahdlatul Ulama memperkirakan awal bulan puasa 10 Juli 2013, namun kepastian tentang awal puasa tersebut menunggu hasil pengamatan terhadap bulan atau rukyatulhilal yang dilaksanakan 8 Juli mendatang.

"Meski menurut prediksi hisab Lajnah Falakiyah PBNU menyatakan bahwa awal Ramadan 1434 Hijriah jatuh pada tanggal 10 Juli 2013, tetapi itu sebatas prediksi. NU tetap menggunakan metode rukyatulhilal sebagai dasar penentu awal bulan puasa," kata Ketua Lajnah Falakiyah PBNU Kiai Haji A. Ghazalie Masroeri dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Hasil hisab penyerasian yang dilakukan oleh Lajnah Falakiyah PBNU untuk awal Ramadan 1434 H sebagaimana dimuat dalam almanak PBNU tahun 2013 menyebutkan ijtimak atau konjungsi akan terjadi pada hari Senin (8/7) pukul 14.15.13 WIB, tinggi hilal saat dilakukan pengamatan 0o21`45" dengan posisi miring ke selatan, hilal akan berada di ufuk selama tiga menit 16 detik.

"Sesuai dengan kriteria imkanurrukyat, maka menurut prediksi hisab NU bahwa awal Ramadan 1434 H akan jatuh pada hari Rabu (10/7)," kata Kiai Ghazalie.

Meski demikian, lanjut dia, untuk menentukan secara pasti awal Ramadan, NU akan menyelenggarakan pengamatan hilal di 90 titik strategis di seluruh Indonesia dengan menugasi 110 pelaksana rukyat bersertifikat nasional yang akan melakukan rukyat bersama para alim ulama, ahli hisab, ahli astronomi, ahli fikih, dan warga nahdiyin setempat.

Hasil rukyat dilaporkan kepada posko Lajnah Falakiyah di kantor PBNU di Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, dan kemudian akan disampaikan dalam sidang isbat yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama pada hari yang sama.

"Setelah sidang isbat di Kementerian Agama menetapkan awal bulan, barulah kemudian NU melakukan ikhbar atau pengumuman resmi mengenai awal Ramadan 1434 H," kata Kiai Ghazalie.

KEPASTIAN AWAL RAMADHAN 2013

KEPASTIAN AWAL RAMADHAN TAHUN 2013/1434 H - Umat Islam Indonesia diperkirakan akan mengawali Ramadhan pada hari yang berbeda, yaitu Selasa (9/7/2013) dan Rabu (10/7/2013). Namun, kemungkinan besar mereka akan mengakhiri puasa dan merayakan Idul Fitri secara bersama-sama pada Kamis, 8 Agustus.

Kondisi itu sama seperti Ramadhan tahun lalu. Perbedaan muncul sebagai akibat penggunaan kriteria awal bulan dalam kalender Hijriah yang berbeda, yaitu terbentuknya hilal (wujudul hilal) dan terlihatnya hilal (rukyatul hilal). Perbedaan bukan sekadar akibat penggunaan metode perhitungan (hisab) atau melihat (rukyat) hilal semata.

”Beda kriteria ini bersumber dari perbedaan tafsir atas dalil agama yang digunakan,” kata dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung yang juga anggota Badan Hisab Rukyat Pusat, Moedji Raharto, Rabu (3/7/2013).

Kelompok yang mengawali Ramadhan pada Selasa menggunakan kriteria terbentuknya hilal atau bulan sabit tipis pertama. Kriteria ini digunakan berdasar perhitungan, tanpa mensyaratkan hilal tersebut bisa dilihat atau dibuktikan keberadaannya.

Adapun kelompok yang memulai Ramadhan pada Rabu, memakai kriteria terlihatnya hilal, tidak cukup asal terbentuknya hilal. Pengamatan hilal dengan mata atau teleskop dilakukan untuk membuktikan keberadaan hilal berdasar perhitungan yang dilakukan sebelumnya.

Perbedaan kriteria itu, kata Moedji, membuat sama atau berbedanya awal bulan Hijriah sangat bergantung pada posisi Bulan. Posisi Bulan setiap menjelang awal bulan Hijriah bersifat dinamis, tidak selalu sama.

Jika kesegarisan Matahari-Bulan-Bumi yang juga disebut konjungsi (ijtimak) terjadi menjelang terbenamnya Matahari, biasanya kedua kelompok pengguna kriteria awal bulan yang berbeda itu akan mengawali awal bulan Hijriah dengan berbeda.

Kondisi itulah yang terjadi pada Ramadhan kali ini. Konjungsi yang menandai siklus bulan baru terjadi pada Senin (8/7/2013), sekitar 3 jam sebelum Matahari terbenam untuk wilayah barat daya Indonesia. Artinya, saat Matahari terbenam, hilal sudah terbentuk tetapi akan sulit diamati karena dianggap Bulan ”belum cukup umur”.

Berdasar pengalaman observasi hilal selama ini, belum cukupnya umur Bulan membuat posisi hilal terlalu dekat Matahari. Ketinggiannya dari horizon juga terlalu rendah dan ketebalan hilal sangat tipis. Semua kondisi itu membuat hilal sulit diamati.

Dosen Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang juga anggota Tim Pengamat Hilal UPI, Judhistira Aria Utama, mengatakan, selama kondisi atmosfer bersih, cuaca mendukung dan menggunakan teleskop dengan perbesaran tertentu, tetap ada peluang hilal teramati.

Namun, agar kesaksian melihat hilal dalam kondisi Bulan belum cukup umur tersebut dapat diterima, kesaksian itu harus didukung bukti autentik yang tepercaya.

”Selama ini, laporan melihat hilal dalam umur Bulan yang sangat muda hanya berupa laporan pandangan mata, tidak ada bukti citra atau foto yang mendukung sehingga kesahihannya diragukan,” katanya.

Potensi salah melihat obyek yang dianggap hilal, padahal bukan hilal, juga sangat mungkin terjadi. Jika tidak cermat dan kurang terampil, pengamat bisa menyangka planet atau awan terang sebagai hilal.

Kedua kelompok dengan kriteria awal bulan berbeda itu kemungkinan besar akan mengakhiri Ramadhan atau merayakan Lebaran bersama-sama. Idul Fitri 1 Syawal 1434 diperkirakan jatuh pada Kamis, 8 Agustus 2013.

Konjungsi awal Syawal terjadi pada Rabu (7/8/2013) sekitar pukul 4 pagi. Akibatnya, saat Matahari terbenam, hilal tidak hanya sudah terbentuk, tetapi sudah ”cukup umur”. Saat Matahari terbenam, Bulan sudah berumur lebih dari 13 jam sehingga ketinggiannya dari horizon dan jaraknya terhadap Matahari sudah memungkinkan untuk dilihat.

Global

Perbedaan penentuan awal Ramadhan dan Syawal ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Data Proyek Pengamatan Hilal Global (Islamic Crescent Observation Project/ICOP) yang berisi laporan pengamatan hilal di seluruh dunia menyebut 1 Ramadhan di Turki dan Amerika Serikat jatuh pada Selasa (9/7/2013). Adapun di Oman, Ramadhan dimulai pada Rabu (10/7/2013).

Dalam kalender Ummul Qura Pemerintah Arab Saudi, berdasarkan data hisab, 1 Ramadhan diperkirakan jatuh pada Selasa. Namun, ini masih menunggu kepastian dari hasil rukyat. Penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah di Arab Saudi dilakukan dengan melihat hilal. Namun, untuk sembilan bulan lain menggunakan kriteria terbentuknya hilal.

Ketentuan Ramadhan di Arab Saudi tidak bisa serta-merta diterapkan di Indonesia. Posisi hilal berbeda-beda di tiap tempat.

Cara serupa juga dilakukan di Indonesia. Melihat hilal hanya dilakukan untuk tiga bulan yang terkait ibadah wajib. Namun untuk bulan-bulan lain, digunakan kriteria Majelis Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) sebagai batas minimal hilal bisa dilihat dengan mata telanjang.

Penyatuan

Upaya penyatuan kriteria awal bulan Hijriah itu sudah lama dilakukan pemerintah. Namun, hingga kini belum ada kesepakatan yang dicapai. Langkah nyata diperlukan agar umat segera mendapat kepastian penanggalan.

Untuk menyatukan kriteria awal bulan, butuh pemahaman yang sama tentang dalil agama yang melandasinya. Setelah itu, dibutuhkan komitmen kuat untuk membangun sistem kalender yang bisa diterima secara global dan berbasis pada data ilmu pengetahuan yang kuat.

Sembari mendorong penyatuan kriteria awal bulan Hijriah, para astronom dalam lingkup nasional dan internasional terus bekerja mengajukan bukti-bukti autentik tentang citra pengamatan hilal. Bukti yang diperoleh diharapkan mampu memperbarui teknik perhitungan bulan yang dilakukan.

”Hisab dan rukyat harus saling mendukung, tidak perlu menghilangkan salah satunya,” kata Moedji.

Perhitungan yang baik akan mendukung proses pengamatan. Sebaliknya, hasil pengamatan yang baik akan memperbaiki presisi perhitungan.

Dari pengalaman tahun lalu, perbedaan dalam mengawali Ramadhan tidak akan menimbulkan gesekan sebesar jika perbedaan terjadi saat mengakhiri Ramadhan, seperti pada Idul Fitri tahun 2011. Namun, itu tak dapat dijadikan alasan untuk menunda penyatuan awal bulan Hijriah segera. Setidaknya, potensi beda masih akan terjadi dalam penentuan awal Ramadhan dan Idul Adha tahun 2014.

KEPASTIAN PENENTUAN BULAN PUASA RAMADHAN MENURUT MUI DAN PEMERINTAH TAHUN 2013/1434 H

KEPASTIAN PENENTUAN BULAN PUASA RAMADHAN MENURUT MUI DAN PEMERINTAH TAHUN 2013/1434 H - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Harus mampu melakukan langah-langkah kongkrit agar berbagai perbedaan dalam menentukan awal Bulan Ramadhan dan Hari Idul Fitri tetap kondusif dan tidak menimbulkan sikap-sikap yang saling merugikan kehidupan beragama di Indonesia. MUI selayaknya bisa segera mengakhiri berbagai perbedaan itu dengan menggelar halaqoh bersama para ulama yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penentuan awal Ramadhan dan Idul Fitri atau tanggal 1 Syawwal. Kalau perlu, MUI bisa mengambilalih dari Kementerian Agama RI. Demikian dikemukakan Pengamat Keagamaan, yang juga Dosen Universitas Indonesia, Dr. H. Abdi Kurnia kepada MUIonline di Jakarta, Senin (1/7).

Seperti diketahui, selama ini sering terjadi perbedaan penetapan tanggal 1 Ramadhan dan tanggal 1 Syawwal antara Muahmmadiyah dan pemerintah melalui lembaga itsbatnya. Belum diketahui dengan pasti, apakah tanggal 1 Ramadhan dan 1 Syawwal tahun 2013 ini akan kembali mengalami perbedaan atau tidak. Yang jelas, Muhammadiyah jauh-jauh hari sudah menetapkan tanggal 1 Ramadhan pada tanggal 9 Juli 2013 dan tanggal 1 Syawwal atau Hari Idul Fitri jatuh pada tanggal 8 Agustus 2013. Sementara pihak pemerintah masih akan menunggu hasil rukyat (melihat hilal) pada akhir bulan Sya'ban mendatang atau sekitar pada 8 Juli 2013 sore.

Kalau pada 8 Juli itu Lembaga Itsbat Kementerian Agama RI berhasil melihat hilal, maka dipastikan awal Ramadhan jatuh pada 9 Juli 2013, sama dengan ketentuan Muhammadiyah. Tapi kalau tidak, maka bisa jadi awal Ramadhan akan jatuh pada tanggal 10 Juli 2013, berbeda dengan penentuan pihak Muhammadiyah. Begitu juga untuk penentuan Idul Fitri, pihak pemerintah nantinya akan terlebih dahulu melakukan proses melihat hilal terlebih dahulu.

Menurut Abdi yang juga staf pengajar di Kulliaytul Qur'an Al-Hikam II, Kota Depok, sebenarnya MUI selama ini bisa memerankan sebagai fasilitator aktif dalam rangka mendekatkan kedua pandangan yang berbeda itu. MUI bisa menggunakan pengaruhnya untuk melakukan langkah-langkah yang mampu diikuti oleh kedua belah pihak yang saling berseberangan dalam menggunakan metode penentuan awal bulan, khususnya berkaitan dengan Bulan Ramadhan dan Idul Fitri. "Seharusnya bisa. Tapi, kemana MUI selama ini. Kan tidak seharusnya MUI membiarkan umat terus menerus dirundung ketidak pastian seperti ini," keluh Adnan sambil menambahkan, berdiamnya MUI akan membuat perannya kurang mendapat penghormatan yang layak di tengah umat Islam sendiri.

Menjawab pertanyaan, Abdi mengatakan bahwa penentuan awal Ramadhan dan awal Syawwal itu sangat penting karena secara langsung berkaitan dengan ibadah puasa. Dan selama ini, peran MUI seolah tidak mampu menampilkan kekuatannya sebagai pemegang fatwa akhir berkaitan dengan awal Ramadhan dan Idul Fitri. Seharusnya, proses penentuan Ramadhan itu berada pada kwenangan MUI terlebih dahulu, baru legalitas formalnya dikumnikasikan melalui Kementerian Agama. Tapi MUI kenyataannya diam dan tidak terdengar sedikit pun bersuara. Lembaga keulamaan itupun lalu seolah menjadi macan ompong.



Untuk itu, ke depan, menurut Abdi, MUI diharapkan bisa mengambil peran aktif dalam meredakan perbedaan dalam menentuakan awal Ramadhan dan Idul Fitri. "MUI harus ambil alih proses penentuannya. Kalau perlu termasuk penentuan kebijakannya sebagaimana fatwa MUI di bidang-bidang lain. Artinya, pemerintah perlu memberikan otoritas penuh kepada MUI untuk menentukan dan mengumumkan. Tentu, dalam prosesnya, MUI perlu bekerjasama dengan lembaga lain seperti Kementerian Agama, Pengadilan Agama serta seluruh Ormas Keagamaan yang ada. Dengan penentuan oleh ulama, maka seluruh komponen umat beragama harus dipaksa untuk patuh," tegasnya.

Di bagian lain, Abdi menyambut baik sikap MUI untuk melakukan kontrol terhadap tayangan telavisi selama bulan Ramadhan. Materi tayangan televisi memang harus tetap memberikan dukungan efek bagi proses kualitas keagamaan. Mengingat bahwa Bulan Ramadhan merupakan bulan mulia danbulan ibadah penuh siang dan malam bagi umat Islam. Karena itu, suasana Ramadhan tidak boleh dirusak oleh tontonan-tontonan yang kurang mendidik dan kurang mendukung bagi semangat keibadahan. "Saya setuju, acara dakwah pun harus senantiasa berada pada koridor kesantuanan dan kearifan yang mampu memengaruhi dan memotivasi para pemirsa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

"Bahwa ada sedikit bercanda yang sekedar menghidupkan suasana jenuh, silakan saja. Tapi bukan berartyi dari awal hingga akhir lalu bercanda terus-terusan. Bagi pemilik stasiun televisi, nilai dakwah di Bulan Ramadhan kiranya harus lebih diberikan semangat dibanding nilai komersilnya. Insya Alloh pasti akan berkah kok," katanya.

Penetapan Penentuan 1 Bulan Puasa Ramadhan Tahun 2013 / 1434 H

Penetapan Penentuan 1 Bulan Puasa Ramadhan Tahun 2013 / 1434 H - Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) pada Senin (8/7) besok akan menggelar sidang itsbat penentuan tanggal 1 Ramadhan 1434 Hijriah.

Menurut Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kemenag, Abdul Djamil, sidang tersebut akan menghasilkan keputusan mengenai awal puasa tahun 2013 ini.

”Besok sidang itsbat digelar. Kepastian tanggal 1 Ramadhan atau awal puasa ditentukan dalam sidang Itsbat,” ujar Djamil kepada wartawan beberapa saat lalu, Minggu (7/7).

Djamil menjelaskan, sidang istbat memiliki otoritas untuk menentukan tanggal 1 Ramadhan. Sidang diantaranya akan dihadiri oleh para perwakilan dari ulama dan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Islam yang akan digelar di kantor Kemenag MH.Thamrin dan dipimpin langsung oleh Menteri Agama Suryadharma Ali.

Sidang itu sendiri terang Djamil, akan menerima laporan dari petugas-petugas Kemenag di seluruh Indonesia mengenai posisi hilal di wilayah Indonesia terkait penentuan tanggal 1 Ramadhan 1434 Hijriah.

”Petugas-petugas yang ada di seluruh Indonesia akan menyampaikan pengamatan hilal saat matahari terbenam dan bahan-bahan lainnya yang perlu dikemukakan dalam sidang,” kata Djamil

Namun ketika disinggung tentang kabar kemungkinan pemerintah mengeluarkan keputusan pada tanggal 10 Juli 2013, Jamil enggan berkomentar. Termasuk peluang terjadinya perbedaan penentuan awal puasa. Mengingat PP Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan pada Selasa 9 Juli 2013.